1. Ha : Hananira sejatine wahananing Hyang.
Adanya pada hakekatnya adalah pendukung Hyang …. wujud atau kebenaran.
2. Na : Nadyan ora kasad mata pasti ana.
Meskipun tidak nampak oleh mata, tetapi ia pasti ada.
3. Ca : Careming Hyang yekti tan ceta wineca.
Nikmatnya Hyang yang sesungguhnya tak (dapat) diuraikan dengan jelas(mempergunakan kata-kata). Karena tak ada sesuatu yang menyerupai Hyang.
4. Ra : Rasakena rakete lan angganira.
Rasakanlah eratnya dengan badanmu.
5. Ka : Kawruhanan jiwa kongsi kurang weweka.
Ketahuan dari jiwa jika kurang diusahakan.
6. Da : Dadi sasar yen sira nora waspada.
Jika tidak waspada (kau) akan menjadi sesat.
7. Ta : Tamatna prabaning Hyang Sing Sasmita.
Perhatikanlah cahaya Hyang yang memberikan isyarat.
8. Sa : Sasmitane kang kongsi bisa karasa.
Isyarat yang sampai dapat dirasakan.
9. Wa : Waspadalah wewadi kang sira gawa.
Lihatlah dengan seksama (sifat) batin sesungguhnya yang anda bawa.
10. La : Lalekna yen sira tumekeng lalis.
Lupakanlah pada waktu anda sampai pada kematian.
11. Pa : Patisasar tan wus manggyapapa.
Kematian sesat yang tak sampai pada tujuan akan menjumpai kesengsaraan.
12. Dha : Dhasar beda lan kang wus kalis ing godha.
Pada dasarnya berbeda dengan (orang) yang telah tak terpengaruh oleh godaan.
13. Ja : Jangkane mung jenak jemjeming jiwaraga.
Rencana tindakannya, hanya tahan tenteram didalam kebesaran jiwa.
14. Ya : Yatnanana liyep luyuting pralaya.
Lihatlah dalam keadaan lupa-lupa ingat mengaburnya pralaya/kematian.
15. Nya : Nyata sonya nyenyet lebeting kadonyan.
Nyata (bahwa) sunyi senyap (segala) jejak keduniawian.
16. Ma : Madyen ngalam perantunan aja samara.
Ditengah “ngalam perantunan” janganlah ragu-ragu.
17. Ga : Gayuhaning tanaliyan jung sarwa arga.
Tak ada lain yang hendak dicapai kecuali segala “gunung” atau “jamuan”.
18. Ba : Bali murba wisesa ing njero njaba.
Kembali mengatur menguasai (segi) luar dan dalam.
19. Tha : Thukulane widadarja tebah nistha.
Tumbuhnya kekuatan hukum menembus kerendahan/kehinaan.
20. Nga : Ngarah-arah ing reh mardi-mardiningrat.
Berhati-hati dalam merencanakan pengaturan-mengatur dunia.Uraian mengenai 20 petunjuk “aksara” – dari serat sastra gending; Karya Sultan Agung Prabu Anyakrakusuma.
Adanya pada hakekatnya adalah pendukung Hyang …. wujud atau kebenaran.
2. Na : Nadyan ora kasad mata pasti ana.
Meskipun tidak nampak oleh mata, tetapi ia pasti ada.
3. Ca : Careming Hyang yekti tan ceta wineca.
Nikmatnya Hyang yang sesungguhnya tak (dapat) diuraikan dengan jelas(mempergunakan kata-kata). Karena tak ada sesuatu yang menyerupai Hyang.
4. Ra : Rasakena rakete lan angganira.
Rasakanlah eratnya dengan badanmu.
5. Ka : Kawruhanan jiwa kongsi kurang weweka.
Ketahuan dari jiwa jika kurang diusahakan.
6. Da : Dadi sasar yen sira nora waspada.
Jika tidak waspada (kau) akan menjadi sesat.
7. Ta : Tamatna prabaning Hyang Sing Sasmita.
Perhatikanlah cahaya Hyang yang memberikan isyarat.
8. Sa : Sasmitane kang kongsi bisa karasa.
Isyarat yang sampai dapat dirasakan.
9. Wa : Waspadalah wewadi kang sira gawa.
Lihatlah dengan seksama (sifat) batin sesungguhnya yang anda bawa.
10. La : Lalekna yen sira tumekeng lalis.
Lupakanlah pada waktu anda sampai pada kematian.
11. Pa : Patisasar tan wus manggyapapa.
Kematian sesat yang tak sampai pada tujuan akan menjumpai kesengsaraan.
12. Dha : Dhasar beda lan kang wus kalis ing godha.
Pada dasarnya berbeda dengan (orang) yang telah tak terpengaruh oleh godaan.
13. Ja : Jangkane mung jenak jemjeming jiwaraga.
Rencana tindakannya, hanya tahan tenteram didalam kebesaran jiwa.
14. Ya : Yatnanana liyep luyuting pralaya.
Lihatlah dalam keadaan lupa-lupa ingat mengaburnya pralaya/kematian.
15. Nya : Nyata sonya nyenyet lebeting kadonyan.
Nyata (bahwa) sunyi senyap (segala) jejak keduniawian.
16. Ma : Madyen ngalam perantunan aja samara.
Ditengah “ngalam perantunan” janganlah ragu-ragu.
17. Ga : Gayuhaning tanaliyan jung sarwa arga.
Tak ada lain yang hendak dicapai kecuali segala “gunung” atau “jamuan”.
18. Ba : Bali murba wisesa ing njero njaba.
Kembali mengatur menguasai (segi) luar dan dalam.
19. Tha : Thukulane widadarja tebah nistha.
Tumbuhnya kekuatan hukum menembus kerendahan/kehinaan.
20. Nga : Ngarah-arah ing reh mardi-mardiningrat.
Berhati-hati dalam merencanakan pengaturan-mengatur dunia.Uraian mengenai 20 petunjuk “aksara” – dari serat sastra gending; Karya Sultan Agung Prabu Anyakrakusuma.
0 komentar:
Post a Comment
Alangkah berbudinya anda, jika sedikit meninggalkan pesan untuk saya...