Thursday 4 August 2011

Sayap-Sayap Patah, Kahlil Gibran,

"SETIAP LAKI-LAKI MUDA MENGINGAT CINTA PERTAMANYA, YANG MEMBUATNYA MENJADI BAHAGIA TANPA MEMEDULIKAN SELURUH KEPAHITAN DAN KESENGSARAAN".

PRAKATA


AKU berusia delapan belas tahun ketika cinta membuka mataku dengan sinar ghaibnya dan menyentuh jiwaku untuk pertama kalinya dengan jarinya yang lembut, dan Selma KAramy adalah wanita pertama yang membangunkan jiwaku dengan kecantikan-nya dan membawaku menuju kebun kasih sayang, dimana hari-hari berlalu seperti mimpi dan malam seperti pernikahan.
Selma Karamy adalah satu-satunya wanita yang mengajarkanku memuja keindahan dengan contoh kecantikannya sendiri, dan menciptakan padaku rahasia cinta dengan kasih sayangnya; ia adalah orang yang pertama kali menyanyikan padaku syair kehidupan nyata.

Setiap laki-laki muda mengingat cinta pertamanya dan berusaha untuk menangkap kembali saat-saat aneh itu, kenangan yang mengubah lubuk hati nya, dan membuatnya menjadi bahagia tanpa memedulikan seluruh kepahitan dan kesengsaraan.

Dalam kehidupan seorang laki-laki muda selalu ada "Selma" yang muncul dihadapannya tiba-tiba saat musim semi kehidupan dan mengubah kesendiriannya menjadi saat-saat bahagia dan mengisi kesunyian malamnya dengan musik.

Aku sedang menjelajah alam pikiran dan merenung untuk memahami arti dari alam dan wahyu buku-buku, dan tulisan-tulisan ketika aku mendengar cinta berbisik ditelingaku melalui bibir Selma. Kehidupaanku sekarat, kosong bagai hati Adam disurga, ketika aku melihat Selma berdiri dihadapanku seperti pilar cahaya. Ia adalah Hawa hatiku yang mengisinya dengan rahasia dan membuatku memahami arti kehidupan.

Awalnya Hawa membawa Adam keluar dari surga atas kehendaknya sendiri, sementara Selma membuatku memasuki surga cinta yang suci dan kebahagiaan oleh manis dan cintanya; namun yang terjadi pada manusia pertama itu juga terjadi padaku, dan pedang tajam yang membawa adam keluar dari surga seperti seorang yanng menakutiku denga ujung yanng berkilau, dan memaksaku dari sudrgacintaku tanpa harus melanggar peraturan atau merasakan buah dari pohon terlarang.

Hari ini, setelah bertahun-tahun berlalu, aku tidak memiliki hal yang tertinggal dari mimpi indah, kecuali kenangan yang mengepak seperti sayap yang tak kasat mata yang mengisi kalbuku dengan kepedihan, dan membawa air mata kemataku, dan cintaku, Selma yang cantik, telah meninggal dan tak ada yang tersisa untuk memperingatinya, kecuali hatiku  yang pilu dan nisan yang dikelilingi pohon sipres. Hanya nisan itu dan hatikku  yang menjadi saksi keberadaan Selma dulu.

Kesunyian yang menjaga nisan menyingkapkan rahasia Tuhan dalam kegelapan peti mati dan derak ranting yang akarnya menembjus bumi tidak akan menceritakan misteri kubur, namun desah pedih hatiku mengumumkan kehidupan drama yang ditampilkan oleh cinta, keindahan dan kematian.

Oh, teman-teman masa mudaku yang telah tersebar diseluruh Kota Beirut, ketika kalian melewati kuburan didekat hutan Ek, masukilah dengan hening dan berjalanlah dengan pelan sehingga derap langkahmu tidak akan mengganggu tidur yang telah meninggal, dan berhentilah di nisan Selma, dan beri salam pada tanah yang menyelimuti mayatnya dan sebutkan namaku dengan desahan panjang dan katakan pada diri kalian,"Disini, seluruh harapan Gibra, yang tinggal sebagai pesakitan cinta dilautan sana, dikuburkan. Pada titik ini ia kehilangan kebahagiaannya, air matanya telah kering dan ia telah melupakan senyumannya".

Di nisan itu tumbuhlah penderitaan Gibran bersama dengan pohon-pohon sipres, dan diatass nisan jiwanya berputar setiap malam memperingati Selma, bergabung bersama dengan ranting-ranting pohon dalam rintihan penuh penderitaan, kemurungan dan berkabung atas perginya Selma, yang kemarin adalah nada indah dibibir kehidupan dan hari ini adalah rahasia sunyi didada bumi.

Oh, teman-teman masa mudaku! Aku berseru padamuatas nama perawan-perawan yang telah dicintai hatimu, untuk meletakan seikat bunga diatas nisan kekasihku, karena bunga yang kau letakan diatas nisan Selma seperti tetesan embun dari mata fajar diatas daun mawar yang layu.


0 komentar:

Post a Comment

Alangkah berbudinya anda, jika sedikit meninggalkan pesan untuk saya...