Sunday 26 February 2012

Pentingnya Mursyid

Sebiji buncis meronta dan terus

melompat

hingga hampir melampaui bibir kuali

di mana ia tengah direbus di atas api.

“Kenapa kau lakukan ini padaku?”

Dengan sendok kayunya,

Sang Juru Masak mementungnya jatuh

kembali.

“Jangan coba-coba melompat keluar.

Kau kira aku sedang menyiksamu?

Aku memberimu cita rasa!

Sehingga kau layak bersanding dengan

rempah dan nasi

untuk menjadi gelora kehidupan dalam

diri

seseorang.

Ingatlah saat-saat kau nikmati regukan air

hujan di kebun.

Saat itu ada untuk saat ini!”

Pertama, keindahan. Lalu kenikmatan,

kemudian kehidupan baru yang mendidih

akan muncul.

Setelah itu, Sang Sahabat akan punya

sesuatu yang enak untuk dimakan.

Pada saatnya, buncis akan berkata pada

Sang Juru Masak,

“Rebuslah aku lagi. Hajar aku dengan

sendok adukan,

karena aku tak bisa melakukannya

sendirian.

Aku seperti gajah yang melamun

menerawang

tentang taman di Hindustan yang dulu

kutinggalkan,

dan tidak memperhatikan pawang

pengendali arah jalan.

Engkaulah pemasakku, pawangku, jalanku

menuju cita rasa kesejatian.

Aku suka caramu membuat masakan.”

“Dulu aku pun seperti engkau,

masih hijau dari atas tanah. Lalu aku

direbus

matang dalam waktu,

direbus matang dalam jasad. Dua

rebusan

yang dahsyat.

Jiwa binatang dalam diriku tumbuh kuat.

Kukendalikan dia dengan latihan,

lalu aku direbus lagi, dan direbus lagi.

Pada satu titik aku melampaui itu semua,

dan menjadi gurumu. 1”(Puisi JALALUDIN

RUMI ttg pentingnya seorang Mursyid). Ttp dlm balutan cinta kasih.^_^


Published with Blogger-droid v2.0.4

0 komentar:

Post a Comment

Alangkah berbudinya anda, jika sedikit meninggalkan pesan untuk saya...