Sunday 22 January 2012

MENJADI DIRI SENDIRI

TS Riyanto


MENJADI DIRI SENDIRI


Kita semua mungkin pernah mendapat nasehat sederhana , " Engkau tak akan bahagia sebelum menjadi dirimu sendiri".


Jalan untuk mencapai kebahagiaan adlh dgn mendekati Sumber Kebahagiaan.

Semakin dekat kita dgn Sumber Kebahagiaan, semakin kita menjadi bahagia.


Sumber Kebahagiaan (Tuhan) terdapat di dalam tubuh kita, tetapi pikiran dan ego kitalah yg telah menempatkan tirai penutup antara kita dgn sang Pencipta. Dlm desakan tak bekesudahan dari 'aku' dan 'kepunyaanku'.


Tirai ini hy dapat diangkat dan ditembus oleh ' Kalam ' ( Kun, Shabda, Logos, Roh Kudus, Firman, Saut-i-Surmat para Sufi, Tao orang Cina, Shrahoza para Zoroastrian, atau nama apapun yg diberikan untuk Kuasa itu).


Adalah dorongan hati nurani manusia untk mencari ketenangan dan kebahagiaan dlm hidup. Namun di mana kita mencarinya? Pandangan kita senantiasa berkiblat ke arah godaan dunia. Dan semakin kita berusaha mencari ketenangan dan kebahagiaan dlm berbagai bentuk dan rupa dari dunia materi ini, semakin dalam kita terbenam dlm lumpur dan semakin besar penderitaan kita. 


Sesuai kodratnya benda-benda yg kita cari bersifat sementara. Akibatnya kesenangan yg dapat diperoleh darinya berumur pendek. Dgn lewatnya waktu, semua kesenangan dunia pikiran dan benda ini akan berubah warnanya dan menghasilkan buah kesakitan.



Mengapa ketenangan  dan yang dikatakan kebahagiaan dlm dunia ini begitu semu.  Tuhan telah membuat susunan dunia ini dari jalinan suka dan duka. Dalam 'lembah air mata' ini, di mana setiap mawar mempunyai duri, setiap kesenangan bercampur dgn penderitaan, tdk seorangpun yg hanya mengecap kebahagiaan yg murni, dan tdk seorangpun yg nasibnya hy mengalami penderitaan saja.

Dlm setiap kehidupan ada bercak-bercak gelap dan terang. Kita memperoleh saat-saat tenang dlm dunia ini sbg akibat perbuatan baik kita di masa lampau, dan semua kesakitan dan penderitaan yg menghampiri kita mrpkn hasil nyata dari perbuatan buruk kita di masa lampau.


Para Bijak dan Waskita menyebut dunia ini sbg ladang perbuatan, krn di sini kita hrs menuai apa yg telah kita taburkan.

Selama kita terkurung dlm kerangka tubuh, mk bila kita melakukan perbuatan baik, kita akan kembali memetik hasil baiknya, dan bila melakukan perbuatan yg buruk, kita akan kembali menderita akibatnya. Dgn melakukan perbuatan yg baik maupun yg buruk, kita tdk dapat lolos dari lingkaran kelahiran dan kematian, yaitu roda kehidupan.


Apakah upah dari perbuatan baik? Harta yg tak terbilang byknya,jubah kerajaan, kpemimpinan atas bangsa dan agama. Belenggu emas menggantikan belenggu besi shg tangan dan kaki kita tetap terikat kpd dunia ini. Dari sebuah gubuk, kita berpindah ke istana. Kita melepas gagang sapu untk menggantinya dgn tali kekang pemerintahan. Paling-paling untk jangka waktu yg terbatas, kita berhak untk masuk ke taman firdaus atau surga yang juga masih termasuk daerah karma yg berada di bawah kekuasaan pikiran dan benda. Setelah menguras buah hasil perbuatan baik dan mulia,kita kembali ke penjara 'Delapan puluh empat' ini. Begitu juga,perbuatan buruk mungkin mengakibatkan kita hrs masuk neraka,dan stelah itu, sekali lagi penjara 'delapan puluh empat' tlah siap menerima kita.


Manusia dianggap sbg 'bentuk ciptaan tertinggi' yg di dalamnya Tuhan menempatkan kebaktianNya. Namun meskipun di dalam jenis kehidupan yg paling didambakan ini tak seorangpun yg mrasakan puas dan bahagia.

Sementara orang dibayangi penyakit, yg lain olh kutukan pengangguran. Ada yg siang malam mengidamkan anak, yg lain mrasa cemas dan sedih krn memiliki byk anak. Bebrapa orang cemas krn tdk memperoleh pinjaman, yg lain cemas krn tdk dpt mngembalikan pinjaman. Kita hy perlu pergi ke rumah sakit untk dpt mdengar jeritan menyayat hati dr mereka yg bergulat mlawan kesakitan, atau ke penjara untk mdengar kisah duka para penghuninya.


Di sisi lain,seorang yg tlah memperoleh pberian Tuhan agak berlebihan,seorang teman hidup yg penuh kasih sayang dan baik budi, badan yg sehat dan kuat, nama dan popularitas yg menimbulkan iri hati, kkayaan yg belimpah,anak-anak yg sopan santun, pendek kata smua serba cemerlang. Bahkan orang spt itu, bila ia brada sendirian,ia terkadang diliputi oleh rasa kesepian, rasa kekosongan spt ada sesuatu yg kurang, kkurangan ssuatu yg penting, shg itu mengganggu ketenangan pikiranya meskipun ia hidup bkecukupan.

Ia malah tdk mengerti apa yg kurang pd dirinya.Bila Tuhan telah begitu brmurah hati, mengapa ia hrs merasa trpencil, mengapa pikiranya kalut? Tdk ada jawaban jitu atas pertanyaanya tsb.

Smakin ia berpikir,semakin ia merasa bingung.


Kita dpt mngatakan, yg myebabkan kkalutan tsb adlh kerinduan jiwa akan rumahnya yg telah lama terlupakan, krinduanya akan sumbernya,akan dirinya sendiri.

Selama kita tdk mjadikan jiwa mlangkah maju pd Jalan yg menuju ke rumahnya, mk ia tdk akan mrasakan kdamaian dan kepuasan dlm arti yg sebenarnya.Itu sbabnya para Bijak mgajar kita untk mncari Pencipta kita dgn jalan kasih&kebaktian.


Published with Blogger-droid v2.0.3

0 komentar:

Post a Comment

Alangkah berbudinya anda, jika sedikit meninggalkan pesan untuk saya...